Gaya PR Kekinian : Bercerita Bukan Berkampanye


Diawali oleh ulasan video kampanye "Get Old" milik Pfizer, penjelasan mengenai gaya PR kekinian dalam laporan khusus majalah PR Indonesia edisi 15 tahun II Juni 2016, menuturkan bahwa pada saat ini berkampanye atau lebih tepatnya beriklan mungkin sudah kurang relevan lagi, publik lebih ingin mendengarkan cerita dibanding dicekoki iklan.

"Mereka hanya menyediakan waktu tiga detik. Tapi, bersedia memberikan waktu lebih lama kalau informasinya dikemas dengan gaya bercerita," Ujar Managing Director Imogen PR, Suharjo Nugroho yang lebih dikenal dengan sapaan Jojo ini.

Strategi komunikasi yang dilakukan tersebut dikenal dengan metode Brand Journalism dengan gaya bertutur cerita atau story telling.

Banyak yang belum menyadari bahwa perusahaan-perusahaan sudah mengaplikasikan metode brand journalism dalam aktifitas komunikasi sehari-hari. Seperti halnya yang dilakukan oleh PT Adhya Tirta Batam (ATB) yang memanfaatkan keberadaan media sosial.

Setelah memahami peta media sosial di Batam, tim PR dari PT ATB mulai mengasah memainkan viral, khususnya melalui facebook. Menurut Enriqo Moreno Ginting (PR Manager ATB), media sosial itu diprioritaskan dikarenakan faktor budaya masyarakat Batam. "Mereka lebih senang bercerita panjang. Nah, salah satu media sosial yang memfasilitasi hasrat mereka adalah melalui facebook," imbuhnya.

Cara kerja Brand Journalism tidak berbeda seperti saat jurnalis memberikan informasi. Didalamnya termuat rumus 5W+1H yang disampaikan dengan cara bertutur cerita.

"Kuncinya tiga. Tentukan target audiens, pastikan cerita yang disampaikan memberikan nilai (value), dan buat differensiasi cerita yang tidak dimiliki orang lain," ujar Jojo yang juga sekaligus sebagai Ketua Bidang Hubungan Masyarakat Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI).

Konsep metode Brand Journalism ini berawal dari pemikiran Larry Light, Chief Marketing Officer McDonald's.

Pada tahun 2003, meningkatnya kesadaran gaya hidup sehat masyarakat berdampak buruk pada perusahaan makanan cepat saji tersebut. Masyarakat menganggap bahwa McD tak ayal seperti makanan sampah. Namun, dengan konsep metode Brand Journalism tadi, Larry Light mampu meningkatkan brand awareness perusahaan yang tadinya tersisa 7% menjadi lebih dari 80%. Waw!

Dengan begitu, Brand Journalism lebih relevan diterapkan di era digital pada saat ini. Apalagi dengan munculnya slogan "Every Company is Media Company".

Merupakan tugas seorang PR bagaimana meng-crafting pesannya. Dimulai dari menentukan target audiens, cara mengemas, hingga dengan cara apa pesan akan disampaikan.

Dan merupakan tugas kita, untuk mau lebih dalam belajar dan menggali metode tersebut sehingga benar dapat kita aplikasikan nantinya :)




Salam,
Acep Muhammad R.
Divisi Komunikasi & Publikasi PERHUMAS Muda Bogor


Postingan populer dari blog ini

Melihat Kebaikan

Komunikasi Visual: Memahami Bahasa Tanpa Kata

Tumbuhkan Kreatifitas, Mahasiswa Dilatih Menulis dan Desain Grafis