Kerjaan Humas, Nyebarin Surat?
16/5/2019 – Apa yang ada dibenak kalian ketika mendengar kata “humas”? Bagi
kalian yang mungkin aktif di berbagai kegiatan organisasi, baik itu kegiatan
sejak kalian ikut OSIS di SMP, sampai kuliah mungkin, pasti sering mendengar
kata ini. Ya, betul. Tukang antar-antar surat. Lhoo? Itu sih katanya, atau kata
kita waktu itu. Tapi apakah sampai saat ini masih beranggapan seperti itu? Jika
iya, percayalah, mungkin kalian termasuk dalam kelompok dengan pemikiran konservatif,
atau mungkin memang hanya belum memahami saja, semoga iya begitu.
Tidak salah
sebetulnya, hanya saja kurang tepat. Kekurang tepatan yang sering kita lakukan
adalah menganggap pekerjaan humas yang hanya sebagai pengantar surat semata.
Sejujurnya, lebih dari itu humas memiliki peran yang dapat dikatakan termasuk
penting untuk membantu menginformasikan pada seluruh stakeholder, baik itu eksternal
maupun internal, dalam menyediakan
informasi yang akurat dengan tujuan “ketidak-pedulian” akan suatu organisasi,
perusahaan, produk dapat diatasi melalui pengetahuan dan pengertian.
Jadi seberapa
penting? Menurut Cutlip dan Center dalam buku Effective Public relations yang dikutip oleh Krisyantono pada tahun
2008, peran humas diantaranya adalah sebagai berikut :
- Menunjang kegiatan manajemen dan juga untuk mewujudkan tujuan organisasi;
- Menciptakan komunikasi secara dua arah yang berlangsung timbal balik dengan menyebarluaskan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyampaikan opini publik demi kepentingan umum;
- Melayani publik dan memberikan nasehat kepada pimpinan perusahaan untuk kepentingan umum;
- Membina hubungan yang harmonis antara perusahaan dan publik, baik internal maupun eksternal.
Dari peran humas yang
dikemukakan oleh Cutlip dan Center tersebut, seringkali kekurang tepatan lainnya
yang terjadi adalah pada program humas yang dianggap sebagai program jangka
pendek. Tugas humas dijalankan ketika hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Apa maksudnya? Yaitu manakala terjadi hubungan buruk dengan masyarakat terkait
hal yang dapat merugikan organisasi atau perusahaan hanya diatasi dengan penanggulangan
reaktif pada saat itu saja.
Humas, singkatan dari
frasa Hubungan Masyarakat, menurut Onong Uchjana adalah fungsi manajemen dari
sikap budi yang berencana dan berkesinambungan yang dengan itu
organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadinya
berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada
kaitannya atau yang mungkin ada hubungan dengan jalan menilai pendapat umum
diantara mereka untuk mengkorelasikan, sedapat mungkin kebijaksanaan dan tata
cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai
kerjasama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih
efisien. (Juliansyah, 2008 :1-2).
Ada banyak pendapat
para ahli mengenai definisi, peran dan fungsi humas. Jika dijabarkan satu
persatu mungkin tak akan pernah cukup perkuliahan 3 SKS doang.
Oh ya, ada lagi, kekurang
tepatan yang sering kali kita dengar. Apa itu?
Humas mah kerjanya ngomong doaaaaang!!
Ahhh, what the….
Jadi, ya tadi, tidak salah,
hanya saja sedikit kurang tepat jika mengatakan bahwa tugas seorang humas itu
hanya sebatas berbicara saja. Harus pandai bicara. Ya, memang harus, tapi tidak
berhenti disitu. Seorang humas, atau bahasa keren-nya Public Relations Officer harus dapat memilki beberapa kompetensi.
Kalian pernah dengar? Begini, “Anak dari jurusan apapun bisa jadi humas, tapi
anak jurusan humas, belum tentu bisa jadi yang lain.” Contoh: Lulusan sarjana
teknik, dapat menjadi seorang humas, lalu bagaimana lulusan sarjana public relations? Apakah bisa bekerja
menjadi seorang teknisi? Begitupun dengan lulusan kedokteran, dan yaaa begitu
realitasnya, dokter bisa jadi humas, tapi humas tidak bisa menjadi dokter.
Jika kalian pernah
baca buku “Public Relations In the Age of
Disruption” karya Ketua Umum PERHUMAS Indonesia, Bapak Agung Laksamana,
pada bagian pertama, kalian akan langsung disuguhkan dengan fakta tersebut.
Dalam bukunya, Pak Agung Laksamana mengatakan bahwa penting bagi seorang humas untuk
dapat mengerti semua aspek, mulai dari sisi bisnis hingga lini kreatif, tidak
mengandalkan komunikasi semata!
Lalu kompetensi atau
hal apa saja yang wajib dimiliki oleh seorang humas? Seperti yang dilansir MIX Marcomm
dari www.prdaily.com mengenai 10 kemampuan yang harus dimiliki para profesional
PR 'masa depan', atau klik di sini untuk membaca selengkapnya.
Ketauhilah bahwa
menjadi humas tidak semudah yang difikirkan oleh orang yang belum paham. Harus
diketahui juga, tugas seorang humas dapat menjadi 24 jam 7 hari lengkap dengan
tekanan. Maka dari itu hasil riset CarreerCast,
profesi humas selalu masuk dalam daftar Top
10 Most Stressful Job. Mengapa demikian? Dipostingan selanjutnya, mari kita
bahas.
Jadi, bagaimana?
Masih mau bilang kerjaan humas mah hanya kirim surat aja? J
_______
*Penulis merupakan
mahasiswa semester akhir yang mengambil Program Studi Sains Komunikasi dengan
Peminatan Public Relations pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di Kampus Bertauhid Universitas
Djuanda Bogor. Penulis juga bekerja sebagai staf pada Direktorat Pemasaran,
Humas dan Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Djuanda Bogor. Sebagai
informasi, Universitas Djuanda Bogor pada tahun 2018 menempati peringkat ke-66
Perguruan Tinggi Non Vokasi Seluruh Indonesia berdasarkan penilaian Kemenristekdikti.
Saat ini, Universitas Djuanda Bogor menyelenggarakan Program Sarjana (S1)
dengan 7 Fakultas dan 16 Progam Studi serta Program Magister (S2) Hukum,
Magister (S2) Adiministrasi Publik dan Magister (S2) Teknologi Pangan. Seluruh
Program Studi telah terakreditasi. Info Penerimaan Mahasiswa Baru, silahkan
klik di sini.