Opini Masyarakat Terhadap Citra Produk Tiongkok, Studi Kasus : Brand Lenovo


Menurut Cultip dan Center dalam Sastropoetro (1987), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Dimana opini tersebut berasal dari opini-opini individual yang diungkapkan oleh para anggota sebuah kelompok yang pandangannya bergantung pada pengaruh-pengaruh yang dilancarkan kelompok itu. Sedangkan dalam Ilmu Komunikasi, opini publik didefinisikan sebagai pertukaran informasi yang membentuk sikap, menentukan isu dalam masyarakat dan dinyatakan secara terbuka. Opini publik sebagai komunikasi mengenai soal-soal tertentu yang jika dibawakan dalam bentuk atau cara tertentu kepada orang tertentu akan membawa efek tertentu pula (Bernard Berelson).

Opini publik dari masyarakat dapat berupa opini yang positif atau bahkan negatif. Hal ini terjadi biasanya ketika apa yang dipublikasikan tidak sesuai dengan yang dirasakan oleh masyarakat. Banyak opini negatif yang mengarah pada suatu perusahaan berkaitan dengan “produk”nya. Sering kita menemui bahwa apa yang dikatakan oleh perusahaan melalui promosinya, tidak sesuai pada apa yang kita harapkan. Sebut saja yang terjadi pada produk Tiongkok. Saat ini, sudah menjadi rahasia umum kita mengenai produk asal negeri Tiongkok yang tersirat “buruk”. Persepsi negatif masyarakat terhadap produk buatan Tiongkok sulit dihilangkan. Stigma miring yang melekat di mata sebagian konsumen tersebut bukan tanpa sebab. Seperti diketahui, sekitar satu dekade silam, pasar Indonesia dibombardir puluhan produk dengan merek Tiongkok yang diklaim sebagai “merek dalam negeri”. Namun kualitas mereka sepertinya tidak sesuai harapan konsumen, sehingga mereka trauma untuk membeli produk merek Tiongkok.

Banyak masyarakat yang menganggap bahwa saat ini produk Tiongkok tidak lebih bagus dengan produk luar dari Eropa, Amerika, dan bahkan produk lokal. Meski memiliki harga yang jauh lebih murah, tapi pada saat ini masyarakat lebih memilih kualitas yang lebih baik. Mindset masyarakat terhadap produk Tiongkok juga menganggap bahwa produk Tiongkok lebih pandai “meniru”. Hal ini menjadikan produk Tiongkok yang kurang disukai oleh masyarakat, khususnya oleh masyarakat kalangan menengah ke atas. Produk Tiongkok memang lebih mudah dijumpai di pasaran, namun bukan hal yang tidak mungkin jika 2-3 tahun ke depan produk Tiongkok dapat ditinggalkan masyarakat, terlebih produk-produk elektronik.

Lenovo, merupakan salah satu merek dari Tiongkok yang memproduksi personal computer, laptop, netbook, gadget dan bahkan smartphone. Lenovo berusaha merubah mindset masyarakat Indonesia terhadap produk Tiongkok. Melalui Chief Operating Officer Lenovo Indonesia, Sandy Lumy mengatakan ingin mengubah persepsi masyarakat terhadap citra produk Tiongkok. Selama ini produk buatan negeri tirai bambu kerap dianggap murahan dan tidak tahan lama. Menurutnya, tidak semua produk Tiongkok jelek. Hal ini didasari karena Lenovo yang merupakan produk buatan Tiongkok meski berbasis di Tiongkok, tetapi Lenovo berkantor dan mendirikan pabrik di berbagai negara. "Untuk wilayah Asia, dan Eropa Timur, produknya memang berasal dari pabrik di Cina. Namun untuk di wilayah lainnya, pabrik Lenovo terdapat di Jepang, Amerika Serikat, Brasil dan Meksiko.” kata Sandy. Menurut dia, Lenovo lebih tepat disebut sebagai perusahaan multi nasional.

Lenovo, mencoba mengubah stigma miring masyarakat Indonesia terhadap produk Tiongkok tersebut dengan strategi yang digunakan yaitu dengan berinovasi. Sandy mencontohkan, Lenovo selalu melakukan inovasi yang dilakukan, salah satunya dengan meluncurkan produk yang “kekinian”. Produk tersebut adalah IdeaPad Yoga, yaitu kategori produk ultrabook yang layarnya dapat diputar 360 derajat. Lenovo ingin dikenal sebagai perusahaan teknologi yang inovatif. Seiring dengan perubahan core business-nya yang tidak lagi terfokus pada PC, Lenovo kemudian mengubah identitas dan brand image mereknya. Jika selama ini Lenovo dipersepsi konsumen Indonesia sebagai produk PC yang value for money, maka Lenovo kemudian berupaya mengubah brand perception tersebut menjadi technology brand nomor satu dengan karakter cool, dinamis, atraktif, colorful, dan young.

Identitas baru tersebut antara lain diperkenalkan lewat logo baru yang diluncurkan pertama kali di ajang Lenovo Tech World di Beijing, Tiongkok, pada awal Juni lalu. Di Indonesia, identitas merek anyar Lenovo diperkenalkan pada akhir Juni (30/6) di Jakarta. Tak hanya logo baru, strategi marketing baru pun turut dilancarkan guna menggarap pasar Indonesia, yang dianggap sebagai pasar kunci bagi Lenovo. Sandy menyebutkan, Indonesia menyumbang 35 persen dari total penjualan komputer dan notebook Lenovo di Asia Tenggara. Artinya, Indonesia berada di peringkat pertama yang menjadi pangsa pasar Lenovo. Meski tidak menyebutkan nominalnya, dia mengatakan, penjualan di Pulau Jawa berkontribusi lebih dari 50 persen dari total penjualan di Indonesia. Maka dari itu, Lenovo dengan segala strateginya mencoba untuk lebih menyadarkan masyarakat bahwa tidak semua produk asal Tiongkok memiliki kualitas yang kurang baik.

Referensi:


Postingan populer dari blog ini

Melihat Kebaikan

Komunikasi Visual: Memahami Bahasa Tanpa Kata

Tumbuhkan Kreatifitas, Mahasiswa Dilatih Menulis dan Desain Grafis