Peranan Media Komunikasi Sebagai Sarana Informasi Persuasif Dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Ditinjau Dari Aspek Ontologis, Epistimologis Dan Aksiologis (Studi Kasus Pada Video Blog Bicara #Uangkita Oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Bersama Maudy Ayunda)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, semua aspek dalam segala
aktifitas manusia tidak dapat terlepas dari komunikasi. Sejak manusia hadir
dalam kehidupan, sejak itu pula terjadi proses pertukaran ide, informasi,
gagasan, keterangan, imbauan, permohonan, saran, usul, bahkan perintah. Dengan
itu pula, informasi atau pengetahuan yang ditemukan oleh seseorang atau
kelompok manusia dapat diterima banyak orang dan pada akhirnya persepsi
terhadap suatu hal mampu membuat masyarakat memahaminya secara bersama-sama. Perkembangan
fenomena komunikasi tergantung sejauh mana perkembangan sumber komunikasi,
yaitu pesan dan informasi (pengetahuan yang ada pada masyarakat), hingga media
(teknologi komunikasi) yang ada. Kemajuan teknologi komunikasi yang semakin
canggih, berakibat pada informasi sangat berlimpah dan seolah-olah tidak
mempunyai batas lagi. Sehingga masyarakat tidak dapat menghindar dari terjangan
arus informasi yang sangat deras, baik informasi yang positif maupun yang
negatif.
Untuk mencapai komunikasi yang efektif kita memerlukan
media. Berkembangnya media saat ini merupakan salah satu wujud era reformasi
dan keterbukaan informasi. Komunikasi dapat ditentukan berhasil atau tidaknya
tergantung bagaimana komunikator dapat mempengaruhi komunikan, sehingga
komunikan dapat bersikap dan berperilaku atau bertindak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh komunikator. Untuk menunjang hal tersebut, maka media sangat
mempengaruhi keberhasilan komunikasi. Salah satunya adalah fenomena jejaring sosial
yang terjadi pada masa ini dengan memanfaatkan fasilitas internet. Jejaring
sosial merupakan sebuah website dengan antarmuka, aplikasi atau platform
tertentu, yang didedikasikan serta memungkinkan penggunanya untuk dapat
berkomunikasi melalui informasi, pesan, gambar, video, komentar, poling, dan
lain sebagainya. Jenisnya pun bermacam-macam
dengan berbagai fungsi yang berbeda-beda, seperti Facebook, Instagram, Twitter, Path, hingga YouTube, dsb.
Tulisan
ini berfokus kepada munculnya fenomena
blog dalam bentuk video atau yang biasa dikenal dengan sebutan Vlog.
Fenomena ini menarik karena
memanfaatkan jejaring sosial media. Vlog yaitu satu video yang diisi bermacam content
dapat diisi mengenai opini, cerita keseharian, atau apa pun itu. Vlog sendiri termasuk masih baru di Indonesia, akan tetapi
beberapa pegiat Vlog yang dimaksud
juga Vlogger makin hari semakin
banyak pula. Tidak heran memang, ini sudah pasti berkaitan erat dengan
kenyataan kalau pemakai internet di Indonesia yang makin hari makin banyak. Vlog atau video blog ini jadi cepat booming di Indonesia lantaran tawarkan
hal yang baru dalam sharing content. Ada
bermacam tujuan dalam Vlogging, dari sebatas
memberi hiburan pada pemirsa, mengemukakan kritik, mengajak pada suatu
kebaikan, promo sampai dengan menginginkan memperoleh pendapatan dari video
yang diupload. Saat ini, dengan perkembangan teknologi content vlog makin gampang di buat. Cukup hanya memakai handphone saja telah dapat membuat content yang menarik.
Sama halnya dengan apa yang telah dilakukan oleh Sri Mulyani Indrawati,
S.E., M.Sc., Ph.D, Menteri
Keuangan Republik Indonesia. Melalui vlog-nya,
Sri Mulyani mengajak kepada masyarakat Indonesia akan pentingnya sadar Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) dengan gerakan #SadarAPBN adalah
#UangKita, uang rakyat Indonesia yang digunakan sebesar-besarnya demi
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sadar APBN adalah upaya untuk mengajak
masyarakat memahami anggaran negerinya. Setelah meningkatkan kesadaran,
diharapkan masyarakat dapat aktif memberikan kontribusi langsung kepada negeri.
Kontribusi ini tidak hanya mengetahui dan mengawasi pengeluaran yang tercatat
pada Belanja Negara, dan juga aktif memberi kontribusi pada Pendapatan Negara. Masyarakat
banyak yang tidak menyadari, bahwa apa yang sebenarnya sudah dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri dalam kegiatan sehari-harinya adalah bagian dari APBN. Vlog yang dibuat oleh Sri Mulyani
tersebut sebagai contoh konkret dari meleknya penggunaan teknologi saat ini
sebagai informasi persuasif kepada masyarakat terkait dengan apa yang dilakukan
pemerintah. Sri Mulyani, mengajak Maudy Ayunda yang merupakan salahsatu aktris multitalent kelahiran asli Indonesia. Dalam
vlog yang diberi judul Bicara
#UangKita, Maudy Ayunda mendapatkan kesempatan nge-vlog tersebut untuk mewakili generasi millennials tentang peran anak
zaman "now" terhadap #UangKita.
Dalam vlog tersebut juga
Sri Mulyani menekankan peran penting anak-anak muda untuk ikut memahami,
mengawasi, dan mengkritisi penggunaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
Terkait dengan studi kasus diatas, jika ditinjau dari
filsafat ilmu komunikasi yang dilihat dari aspek ontologi, epistimologi dan
aksiologi, semua memiliki hubungan atau dalam kata lain saling berkaitan satu
dengan yang lainnya. Aspek ontologi dapat dilihat dari “keapaan” dalam video blog tersebut, epistimologi
dilihat dari “kebagaimanaan” video tersebut dan aksiologi dilihat dari
“kegunaan” atau fungsi dari video blog
yang telah dibuat tersebut.
1.2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
dari uraian dan latar belakang diatas, maka rumusan dalam makalah ini adalah “Bagaimana Peranan
Media Komunikasi sebagai Sarana Informasi Persuasif dalam Meningkatkan
Kesadaran Masyarakat Ditinjau dari aspek Ontologi, Espistemologi dan Aksiologi?”.
1.3.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan memahami peranan media komunikasi sebagai sarana informasi persuasif dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat dengan menggunakan landasan Ontologi,
Espistemologi dan Aksiologi.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Komunikasi
Kata
atau istilah komunikasi berasal dari
bahasa inggris “communication”,
secara epistemologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus, dan perkataan ini
bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makana “berbagi” atau
“menjadi milik bersama” yaitu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau
kesamaan makna. Komunikasi secara terminilogis merujuk pada adanya proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, yang
terlibat dalam komunikasi ini adalah manusia. Untuk memahami pengertian
komunikasi tersebut dijelaskan secara efektif oleh Effendy bahwa para ahli
komunikasi sering mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell
dalam karyannya, The Structure and
Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang
baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai
berikut: Who Says What In Which Channel
to Whom with What Effect?.
Komunikasi
merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan
manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang
primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan
mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena
setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu –
individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap
hidup (Rakhmat, 1998:1). Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu
atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun
tal langsung melalui media (Effendy, 2006 : 5). Pengertian komunikasi memang
sangat sederhana dan mudah dipahami, tetapi dalam pelaksanaannya sangat sulit
dipahami, terlebih lagi bila yang terlibat komunikasi memiliki referensi yang
berbeda, atau di dalam komunikasi berjalan satu arah misalnya dalam media
massa, tentunya untuk membentuk persamaan ini akan mengalami banyak hambatan
(Wahyudi, 1986: 29). Sedangkan menurut Onong U. Effendy (1984 : 6), komunikasi
adalah peristiwa penyampaian ide manusia.
Dari
pengertian diatas dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses
penyampaian pesan yang dapat berupa pesan informasi, ide, emosi, keterampilan
dan sebagainya melalui simbol atau lambang yang dapat menimbulkan efek berupa
tingkah laku yang dilakukan dengan media-media tertentu.
2.2.
Media Komunikasi
Media komunikasi
adalah salah satu unsur dalam dunia komunikasi yang sangat penting, khususnya
dalam komunikasi modern atau dewasa ini dengan media komunikasi
modern yang sebagian besar terjadi
melalui macam macam media
komunikasi yang tidak pernah sebelumnya
terpikirkan oleh semua orang, bahkan internet sebagai
media komunikasi pun tidak
terpikirkan sebelumnya. Media komunikasi merupakan sebuah sarana atau alat yang
dipakai sebagai penyampaian pesan dari komunikator kepada khalayak. Media
sangat dominan dalam berkomunikasi ialah pancaindra manunsia seperti mata,
telinga. Media komunikasi juga dijelaskan untuk sebuah sarana
yang dipakai utnuk memproduksi, mengolah, reproduksi, serta mendistribusikan
untuk menyampaikan sebuah informasi. Media komunikasi sangat berperan penting
untuk kehidupan seluruh masyarakat. Dengan sederhana, media komunikasi
merupakan perantara dalam menyampaikan sebuah informasi dari komunikator kepada
komunikan yang memiliki tujuan agar efisien dalam menyebarkan pesan atau
informasi.
Menurut Wilbur
Schram, media adalah teknologi yang digunakan untuk membawa pesan. Para ahli
yang lain biasanya mendefinisikan media komunikasi sebagai suatu alat pembawa
pesan sehingga memungkinkan pesan yang dibuat oleh subjek komunikasi
tersampaikan pada objek komunikasi yang berada di belahan bumi yang lain,
tempat yang lain, atau pada waktu tertentu yang tidak memungkinkan antara
subjek dan objek komunikasi untuk bertemu, seperti misalnya media baru yang
dapat dipelajari dengan teori media baru.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media komunikasi pada prinsipnya adalah
suatu alat pembawa pesan subjek komunikasi agar dapat diterima oleh objek
komunikasi.
2.3.
Filsafat Komunikasi
Filsafat
dalam bahasa yunani “ Philos sophia” mengandung
makna cinta akan kebijaksanaan atau kebenaran. Sementara itu,
filsafat ilmu dapat diartikan sebagai landasan pemikiran yang mendasar dari
suatu ilmu untuk mencapai kebenaran. Dimana kita ketahui bahwa filsafat
merupakan induk dari ilmu pengetahuan termasuk ilmu komunikasi. Filsafat
komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah secara mendasar mengenai
keilmuan komunikasi dari teori hingga semua hal yang terkait dengannya.
Menurut Prof.
Onong Uchjana Effendy, filsafat
komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah secara fundamental, metodologis,
analitis, kritis, dan holistis teori. Tidak hanya itu, filsafat komunikasi juga
mempelajari proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya,
sifat, tatanan, tujuaan dan fungsinya, teknik, serta peranannya.
Filsafat
ilmu komunikasi mempertanyakan bagaimana aspek ontologi, epistemologi, dan
aksiologi komunikasi. Komunikasi pada awalnya dianggap sebagai suatu proses
linear antara komunikator dan komunikan yang saling bertukar pesan melalui
media yang mereka gunakan dan terus berkembang seiring dengan perubahan yang
faktor manusia yang mulai diperhitungkan. Komunikasi yang awalnya hanya
dipandang satu arah berkembang sedemikian rupa hingga menghasilkan berbagai
macam bentuk komunikasi, diantaranya yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi
kelompok, komunikasi massa dan komunikasi publik.
Pada
dasarnya filsafat komunikasi memberikan pengetahuan tentang kedudukan Ilmu
Komunikasi:
1. Ontologis
Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan
“berada”, tentang ciri-ciri esensial
dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak
(Suparlan : 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu
pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi. Pertanyaan
yang menyangkut ontologi ini antara lain: Apakah ilmu komunikasi? Apakah yang
ditelaah oleh ilmu komunikasi? Apakah objek kajiannya? Bagaimanakah hakikat
komunikasi yang menjadi objek kajiannya?
2. Epistemologis
Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah
mengenai persoalan apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana cara
mengetahuinya, “what can we know, and how
do we know it?” (Lacey: 1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi
“belief, understanding, reason,
judgement, sensation, imagination, supposing, guesting, learning, and
forgetting”. Pertanyaan yang menyangkut epistimolig ini antara lain:
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu?
Bagaimanakah prosedurnya, metodologinya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan
agar bisa mendapat pengetahuan dan ilmu yang benar dalam hal komunikasi? Apa
yang dimaksud dengan kebenaran? Apakah kriteria kebenaran dan logika kebenaran
dalam konteks ilmu komunikasi?
3. Aksiologis
Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek
kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek
epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatic filosofis yaitu azas
kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu
Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan manusia akan komunikasi. Pertanyaan
yang menyangkut aksiologi ini antara lain: Untuk apa ilmu komunikasi itu
digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan dan ilmu
tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimanakah kaitan ilmu komunikasi
berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara operasionalisasi
metode ilmiah dalam upaya melahirkan dan menemukan teori-teori dan aplikasi
ilmu komunikasi dengan norma-norma moral dan profesional?
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis
Penelitian
Penelitian dalam ilmu sosial dan kemanusiaan menurut
Koentjaraningrat (2001, dalam Soriano, 2012) adalah: “Segala aktifitas yang
berdasarkan disiplin ilmu untuk mengumpulkan, menganalisa dan menafsirkan
fakta-fakta secara berhubungan antara fakta alam, masyarakat, kekuatan, dan
rohani manusia guna menemukan prinsip-prinsip pengetahuan dan metode-metode
dalam usaha menanggapi hal-hal tersebut”.
Penelitian dengan jenis kualitatif menurut Ndraha
(2003), “Merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan
tentang seluas-luasnya obyek pada satu masa atau saat tertentu”
Sedangkan menurut Moleong (2002), menyatakan bahwa
penelitian kualitatif akan dapat:
1.
Melukiskan
keadaan obyek pada suatu saat
2.
Mengidentifikasi
data yang menunjukkan gejala-gejala daripada suatu peristiwa
3.
Menentukan data
yang menunjukkan hubungan dari suatu realita
4.
Mengumpulkan
data yang dapat menunjukkan suatu gagasan atau ide atau peraturan
Dengan
demikian penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan
mendeskripsikan temuan yang diperoleh didalam penelitian untuk mencari
pemecahan masalah yang dihadapi.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah data primer dengan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari jurnal, buku dokumentasi, dan internet.
3.2.1. Studi Literatur
Studi literatur adalah cara yang dipakai
untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik
yang diangkat dalam suatu penelitian. Studi literatur bisa didapat dari
berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Studi Kasus
Sri Mulyani Indrawati, S.E., M.Sc., Ph.D, Menteri Keuangan Republik Indonesia. Membuat sebuah
video blog berisi sebuah ajakan
kepada masyarakat tentang pentingnya sadar Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Indonesia (APBN). Melalui vlog-nya,
Sri Mulyani memperkenalkan gerakan #SadarAPBN adalah #UangKita. APBN memang uang
rakyat Indonesia yang digunakan sebesar-besarnya demi kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Sadar APBN merupakan upaya untuk mengajak masyarakat memahami
anggaran negerinya. Setelah meningkatkan kesadaran, diharapkan masyarakat dapat
aktif memberikan kontribusi langsung kepada negeri. Kontribusi ini tidak hanya
mengetahui dan mengawasi pengeluaran yang tercatat pada Belanja Negara, dan
juga aktif memberi kontribusi pada Pendapatan Negara. Masyarakat banyak yang
tidak menyadari, bahwa apa yang sebenarnya sudah dilakukan oleh masyarakat itu
sendiri dalam kegiatan sehari-harinya adalah bagian dari APBN.
Vlog
yang dibuat oleh Sri Mulyani tersebut mengajak Maudy Ayunda yang merupakan
salahsatu aktris multitalent
kelahiran asli Indonesia. Dalam vlog
yang diberi judul Bicara #UangKita, Maudy Ayunda mendapatkan kesempatan nge-vlog bersama Sri Mulyani untuk mewakili
generasi millennials tentang
peran anak zaman "now" terhadap #UangKita. Sri Mulyani mencoba untuk merangkul generasi muda
untuk lebih sadar akan menekankan peran penting anak-anak
muda untuk ikut memahami, mengawasi, dan mengkritisi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
4.2. Analisa
Hasil Studi Kasus
4.2.1. Ditinjau
dari Aspek Ontologi
Pada
masa sekarang ini, keberadaan sebuah media pendukung sangat mempengaruhi
keberhasilan komunikasi. Video Blog (Vlog)
menjadi fenomena baru yang dapat dimanfaatkan sebagai bentuk penyampaian
pesan yang lebih efisien. Dalam studi kasus ini, maka tinjauan dari aspek
ontologi dapat dilihat dari “keapaan” vlog
tersebut. Ini dapat berarti pula mengenai hakikat atau apa yang melatarbelakangi
pembuatan vlog. Sri Mulyani, membuat vlog tersebut tentu dalam rangka untuk
menyadarkan masyarakat luas, khususnya bagi kalangan millennials di Indonesia mengenai pentingnya sadar APBN. Rendahnya
kepengetahuan masyarakat dalam menyadari APBN, yang mana itu merupakan uang
rakyat Indonesia yang dikelola oleh pemerintah. Juga mengenai bagaimana
pentingnya peran anak-anak muda dalam memahami,
mengawasi, dan mengkritisi penggunaan APBN.
Sri
Mulyani mencoba untuk mencari cara bagaimana dapat mengkomunikasikan gerakan
sadar APBN yang dalam penyampaian informasinya dapat merangkul generasi muda.
Maka dibuatlah sebuah video, yang dibungkus dalam bentuk kreatif mengenai
kesadaran akan APBN dan peran generasi muda zaman “now” terhadap #UangKita
sesuai judul pada video blog tersebut.
4.2.2. Ditinjau
dari Aspek Epistimologi
Jika
ditinjau dari aspek epistimologi, pada kasus ini dijelaskan mengenai bagaimana
pesan atau informasi disampaikan meliputi cara penyampaian pesan atau
informasinya itu sendiri. Pesan disampaikan dalam sebuah bentuk video blog yang
cukup menarik dan kreatif. Video Blog atau yang lebih dikenal dengan Vlog adalah
video yang berisi cuplikan
mengenai cerita keseharian seseorang, opini, atau apa pun itu hal yang menarik lainnya untuk disampaikan.
Hal ini menjadi menarik karena dalam penyajiannya, pesan disampaikan dengan
gaya non-formal dan cenderung santai. Adapun bagaimana pesan
disalurkan/didistribusikan, Sri Mulyani menggunakan sosial media dalam proses
penyebarannya, yaitu mengunggah vlog tersebut di akun Instagram dan
twitter miliknya. Tak hanya itu, Maudy Ayunda yang disini berperan sebagai
wakil dari generasi millennials pun turut mengunggah vlog tersebut di akun
sosial medianya. Kemudian vlog juga di unggah pada channel YouTube
Kementerian Keuangan RI, lalu diviralkan menggunakan tagar #SadarAPBN dan
#UangKita.
4.2.3. Ditinjau
dari Aspek Aksiologi
Dari
pembahasan ontologi dan epistimologi sebelumnya, dapat dilihat aspek aksiologi
yang mana merupakan manfaat dan fungsi dibuatnya video blog tersebut. Vlog tersebut bertujuan untuk
menyadarkan masyarakat Indonesia akan pentingnya sadar APBN. Dalam vlog tersebut juga ditekankan mengenai
bagaimana pentingnya peran anak-anak muda dalam memahami, mengawasi, dan
mengkritisi penggunaan APBN. Sehingga kegunaan dari dibuatnya vlog tersebut adalah sebagai sebuah
gerakan sadar APBN. Kehadiran Maudy Ayunda yang dijadikan role model generasi millennials
dapat mendorong para generasi millennials
untuk ikut sadar akan pentingnya memahami, mengawasi, dan mengkritisi
penggunaan APBN.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Komunikasi
dapat ditentukan berhasil atau tidaknya tergantung bagaimana komunikator dapat
mempengaruhi komunikan, sehingga komunikan dapat bersikap dan berperilaku atau
bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Untuk menunjang
hal tersebut, maka media sangat mempengaruhi keberhasilan komunikasi. Fenomena blog dalam bentuk video (vlog) menarik karena memanfaatkan jejaring sosial media yang dibungkus
dalam bentuk kreatif. Video Blog (vlog) dapat digunakan sebagai media
komunikasi persuasif untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai.
Secara
keilmuan, semua kajian bidang ilmu selalu berkaitan dengan 3 pilar filsafat,
tak terkecuali dengan Ilmu Komunikasi. Dalam prosesnya, semua dapat dikaji
ditinjau dari aspek ontologi, epistimologi dan aksiologi yang selalu berkaitan
satu sama lainnya.
5.2.
Saran
Media
merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi efektifitas komunikasi, maka
sebaiknya pemilihan media komunikasi yang tepat harus selalu dipertimbangkan. Kemajuan
teknologi yang semakin cepat pun mengharuskan kita untuk dapat memanfaatkan apa
yang sebaiknya digunakan untuk kebermanfaatan bersama. Berkaitan dengan kajian
filsafat, perlu banyaknya contoh seperti dalam kehidupan sehari-hari agar dapat
memahami filsafat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Burhan, Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Jalaludin Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi.Bandung: Remaja
Rosdakarya
Morissan. 2013. Teori Komunikasi, Individu Hingga Massa. Jakarta : Prenada Media
Group.
Internet