Saya Cukup Beruntung! Pengalaman Serkom Supervisor Associate Public Relations LSPPRI

Banyak hal yang bisa kita pelajari, apapun sepertinya tidak akan ada habisnya. Permasalahannya, seberapa besar kemauan kita untuk belajar itu? Lalu, tujuannya untuk apa? Dari setiap pertanyaan yang muncul di kepala, yang saya pahami adalah bagaimana bisa mensyukuri proses ‘belajar’ tersebut.


Ok. Saya cukup beruntung!





Alhamdulillah, diberi kesempatan untuk dapat belajar bersama di kegiatan Uji Sertifikasi Kompetensi Skema Pranata Humas Penyelia yang diselenggarakan oleh LSPPRI bekerja sama dengan LSP Vokasi IPB. Kegiatan ini merupakan inisiasi dari Kemendikbudristek dalam rangka meningkatkan kompetensi tenaga kependidikan perguruan tinggi. 


Dari ratusan pendaftar tenaga kependidikan PT di seluruh Indonesia, bisa terpilih dalam 39 orang peserta dan mewakili kampus sendiri adalah suatu yang patut disyukuri. Dan, dari 39 peserta tersebut, saya menjadi peserta paling muda pada skema yang dipilih. 


Sekali lagi, beruntung mungkin. Alhamdulillah. 


Kegiatan yang cukup menguras pikiran kosong ini bisa terlewati dengan baik! Selama kurang lebih 5 hari, dari tanggal 11-16 Oktober 2021 akhirnya selesai.


Banyak pembelajaran yang didapat, selain tentu bertemu dengan (tidak semuanya) Humas di berbagai PT di Indonesia yang kumpul di satu tempat. Kita menyepakati bahwa Humas 'tidak dan bukan' hanya sebatas sebagai pemberi informasi, apalagi hanya untuk mengantarkan surat. Astagfirullah. Yuk move on, Mas-Mbak'e.


Banyak peran Humas yang perlu diketahui, khususnya di perguruan tinggi. Di tulisan sebelumnya, pada laman Kompasiana 2 tahun lalu, saya pernah bercerita mengenai fungsi dan tugas Humas yang lebih dari itu. 





Nah, kegiatan Serkom ini memberi saya ingatan kembali bahwa belum banyak sebuah lembaga atau instansi menempatkan posisi Humas di tempat yang seharusnya. 


Di hari pertama, kita, peserta Serkom, sudah dicekoki dengan penjelasan mengenai proses pelaksanaan asesmen, disampaikan juga materi mengenai "trend PR masa kini". Kemudian, yang menarik lainnya adalah materi mengenai tugas utama seorang PR, yakni menulis, menulis, dan menulis. Yup, betul, ini sedang saya coba praktikkan. Meskipun masih banyak ketidaksesuaian dengan kadiah penulisan yang benar dalam tulisan saya, maafkan.


Di kesempatan ini kita belajar juga public speaking, yang sampai saat ini masih menjadi momok bagi saya, hahah. 


Proses penyampaian berbagai macam materi usai, saatnya untuk Asesmen. Ada setidaknya 11 indikator yang harus kita kuasai untuk bisa dapet Sertifikat ber-BNSP. Apa saja? 

  • Melaksanakan Digital Public Relations (Implementing Digital PR)
  • Membuat Perencanaan Program Public Relations (PR Work Program & Budget)
  • Membuat Mekanisme Tata Laksana Humas (To develop PR Standard Operating Procedures)
  • Melaksanakan Public Speaking
  • Melaksanakan Koordinasi Lintas Fungsi dalam Organisasi (Implementing Internal Relations and Coordination within the Organization)
  • Melaksanakan Fungsi Juru Bicara (Spoke Person)
  • Melakukan pendalaman terhadap tujuan dan Positioning Organisasi. (Research and review on Mission, Vision, Goal and Organization Positioning)
  • Melaksanakan Pertukaran Informasi Lisan dan Tulisan dalam Bahasa Inggris (English Literacy)
  • Merencanakan Penggunaan Teknologi Informasi di Bagian Humas (To plan and implementing IT Program in PR department)
  • Melaksanakan Seminar, Rapat dan Konferensi (To conduct a seminar, Meetings and Conferenece)
  • Melaksanakan Community Relations Programs


Dari 11 indikator itu, perlu kita buktikan melalui pendalaman wawancara langsung dengan Asesor! Selain juga dalam bentuk sebuah laporan yaa. Ini cukup menegangkan, walaupun memang Asesmen dilakukan online. Perlu banyak sekali dokumen atau data pendukung untuk hanya lolos satu indikator. Ketika memang ada satu indikator saja yang ‘kurang’, maka otomatis gagal. Asesor LSPPRI patut diacungi jempol!





Oya, saya belum bercerita. Memang jika pas pendaftaran dan penerimaan, yang dipilih adalah Skema Pranata Humas Penyelia. Namun dalam prosesnya, ternyata yang diujikan adalah Skema Supervisor Associate Public Relations. Sehingga, dari 39 peserta hanya 9 yang dinyatakan lolos Skema Supervisor Associate Public Relations tersebut. Saya, salah satunya. Yup, bersyukur sekali lagi. 


Hari terakhir, berhubung penyelenggaraan di Bogor, dan saya jadi satu-satunya peserta dari Bogor, maka saya coba ajak jalan-jalan Bapak/Ibu keliling Bogor. Ngga keliling juga sih, kita jalan ke Tugu Kujang dan sekitarnya. Terus ke Surken, makan soto Pak Yusup (Pake P bukan F), lalu beli oleh-oleh di Padjajaran. 





Sungguh, sangat seru dan menyenangkan sekali bisa mendapat kesempatan diantara Bapak/Ibu Humas perguruan tinggi yang saling belajar, membuka diri, menambah wawasan. Salam hormat saya untuk Bapak/Ibu yang hadir dari ujung Barat hingga ujung Timur Indonesia. 


Semoga kita tetap bisa bersilaturahmi.


Salam.

Acep Muhamad Rusman, S.I.Kom

Universitas Djuanda, Bogor

Postingan populer dari blog ini

Melihat Kebaikan

Komunikasi Visual: Memahami Bahasa Tanpa Kata

Tumbuhkan Kreatifitas, Mahasiswa Dilatih Menulis dan Desain Grafis